Apabila mau tahu kebaikan seseorang, tanyakanlah pada teman dekatnya.
Ingat tertangkapnya
Presiden Iraq, Saddam Husein? Kuncinya ada pada orang paling dekat dengannya.
Yaitu isteri kedua Saddam, Sumira. Sang
isteri membuka semua rahasia di mana Saddam berada kepada tentara AS dengan janji
mendapat imbalan. Dari informasi itulah penguasa Iraq ditangkap di sebuah
lubang kecil dekat kandang ternak di Tikrit, daerah kelahirannya.
Apa arti semua ini?
Orang dekat adalah ‘tape hidup’. Ia merekam segala sesuatu. Jika disetel bisa
mendatangkan kebaikan atau malapetaka. Saddam adalah contoh seseorang harus
menerima sanksi hukum internasional akibat ulah orang paling dekat dengan
dirinya.
Di sini letak kebenaran
ucapan Umar Ibnul Khottob. “Jika engkau ingin mengetahui kekurangan seseorang,
tanyakan pada musuhnya.” Di ‘saku’ musuh kekurangan seseorang tersimpan. Sebaliknya, dari teman dekat ada kebaikan
seseorang.
Banyak orang ternama di
negeri ini mengawali karirnya dengan cara menjadi teman dekat tokoh besar.
Sebut misalnya Bung Karno, menjadi ‘teman dekat’ HOS Cokroaminoto. Ia banyak
membaca pikiran, kiprah, dan sepak terjang ‘gurunya’. Bung Karno pun jadi orang
besar.
Hal serupa dilakukan Hamka. Ia menjadi ‘teman
dekat’ Mas Mansur, ulama besar. Hamka akhirnya menjadi ulama disegani. Teman dekat adalah rekaman kebaikan
seseorang. Dari mereka diketahui kebaikan seseorang.