Dalam
kelas dunia, ‘siswa’ manusia belajar banyak tentang ‘rahasia’ hidup ini.
Perdana Menteri Zamire, pernah mengumpulkan intelektual di negerinya. Kepada
mereka diminta untuk merumuskan arti hidup ini. Dia ingin belajar.
Tiga
tahun kemudian, datanglah inteletual tadi dengan membawa buku yang diangkut
tiga ekor keledai. “Ini tuan, buku yang beriisi rumusan arti hidup.” PM Zamire geleng kepala. “Jika buku sebanyak
ini, saya tidak sanggup membacanya. Tolong diringkas saja.”
Satu
tahun berikutnya intelektual tadi datang, membawa buku diangkut seekor keledai.
“Saya masih belum sanggup membaca, terlalu tebal,” kata PM Zamire. “Tolong diringkaskan
lagi,” pintanya.
Selang beberapa waktu, inteletual tadi datang dengan tangan
kosong. Semetara Si Tuan-nya sedang berbaring di atas ranjang, sakit. Tuan,
saya sudah meringkas makna hidup, katanya. Apa? Tanya PM Zamire. “Hidup itu
hanya terdiri tiga kata: lahir, susah payah, mati.
Itulah
yang kita pelajari di ruang kelas dunia ini. Yaitu, dilahirkan. Lalu susah
payah mengerjakan “PR” kehidupan yang tidak pernah berakhir, lalu mati. Itulah
pelajarannya. Bagi setiap ‘siswa’ hanya
ada dua kemungkinan: naik kelas ke sorga, atau tinggal kelas di neraka. Naik
tidaknya seorang pelajar tergantung belajarnya di dunia. Kalau malas apalagi
sering melanggar tata tertib, pasti
dicampakkan pada hukuman yang menyakitkan. (*)
Belajar Dalam Kelas Kehidupan
BalasHapusArtikelnya inspiratif pak ....(y)
BalasHapus