Seorang karyawan percetakan –di kota kecil—mengeluh.
Pekerjaan di bagian design terus menumpuk. Padahal dia merasa maksimal bekerja
di kantor, setiap hari bekerja mulai pukul 08 s/d pukul 16.00. Waktu kerja 9
jam tersebut terasa tidak cukup untuk menyelesaikan pekerjaan rutin.
Terkadang dia lembur, dan sebagian pekerjaan kantor
digarap di rumah agar pekerjaan berkurang. Tetapi antara waktu yang tersedia
dengan volume pekerjaan seolah tidak sebanding. Pekerjaan yang kemarin belum
selesai, besoknya ketambahan lagi pekerjaan baru. Kapan pekerjaan akan selesai kalau
setiap hari ditambah pekerjaan baru lagi,” keluhnya.
Bagi perusahaan sukses, volume pekerjaan tidak akan
surut. Semakin terkenal tempat usaha, semakin banyak garapan. Jangan bermimpi
pekerjaan berkurang. Justru akan semakin banyak dan tak kunjung habis. Memang
itu yang dicari, banyaknya pekerjaan tambah pula rezekinya.
Bangsa Indonesia, memiliki jam kerja 9 jam. Beda
dengan Negara maju jumlah jam kerjanya 10 atau 12 jam perhari. Manusia di Negara
maju seperti robot. Waktu hanya untuk bekerja dan bekerja. Orang yang demikian
ini bisa “renggang” hubungannya dengan Allah. Mereka mengisi waktu dengan
urusan dunia. Anehnya, semakin banyak waktu dipakai, waktu semakin kurang. Benar sinyalemen Nabi Muhammad SAW, “Kalau seseorang
di dadanya penuh dengan urusan duniawi Allah akan menambahkan kesibukan yang
lain sehingga lupa kepada-Allah”.
Allah menyediakan waktu siang dan malam masing-masing 12
jam. Itu sudah lebih dari cukup. Allah sudah “memperhitungkannya”. Waktu 24 jam
merupakan “harga mati”. Artinya, tidak mungkin ditambah atau dikurangi lagi.
Allah sudah merancang semua itu secara tepat.
Bagi orang tertentu, waktu 24 jam ada yang
memanfaatkan secara penuh, bekerja 9 jam sehingga malam harinya bisa istirahat.
Untuk orang tertentu, jam kerja lebih dari 9 jam sehingga mengurangi waktu
istirahat. Seorang presiden waktu bekerjanya lebih dari sepuluh jam. BJ Habibie
semasa menjadi Presiden RI mengaku tidurnya hanya 3 jam per hari. Ia sering
kali berhenti bekerja dan menuju tempat tidur setelah diingatkan oleh ajudan
atau paspamres, waktu sudah larut malam. Habibie sosok manusia maniak kerja.
Sebenarnya, bukan soal 24 jam-nya yang menyebakan
terasa kurang. Melainkan cara memanfaatkannya.
Ada orang yang tidak efektif menggunakan waktu, boros, tidak fokus serta tidak terschedule. Akibatnya, waktu
terasa kurang. Beda jika terbiasa tertib, tak perlu lembur. Semua bisa
dibereskan dalam 9 jam kerja. Silahkan dicoba. (*)
0 komentar:
Posting Komentar