Kebaikan bisa menghapus
dosa. Informasi ini akurat sebab datangnya langsung dari Allah. “Sesungguhnya kebaikan itu bisa menghapus
dosa.”
Meski demikian, hendaknya
harus kita yakini bahwa setiap diri selalu menambah dosa: besar atau kecil.
Adakalanya dosa dilakukan secara sirri
(rahasia), ada juga yang berani melakukannya dengan jahar (terang-terangan). Malah ada orang yang bangga menceritakan
perbuatan dosanya kepada orang lain.
Orang yang suka menceritakan
perbuatan maksiatnya kepada orang lain tanda bahwa di hatinya ada “penyakit” ,
yaitu penyakit jiwa. Mungkin selama itu dia telah jauh dari Tuhan. Jiwanya
kosong, gersang, dan gelap tidak ada nur ilahi.
Orang yang dekat Tuhan akan
merasa malu menebar perbuatan maksiatnya kepada orang lain. Dia yakin tanpa
diterangkan kepada orang lain, sudah ada yang mengetahui perbuatannya, yaitu
Zat Yang Maha Tahu. “Innallaha khobirun
bima ta’malun” (Sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang kamu kerjakan,
Al-Hasyr: 18).
Di ayat lain Allah menyatakan,
setiap perbuatan –kebaikan atau kejelekan—seberat biji atom akan mendapat
balasan. Dengan demikian ia akan selalu hati-hati dalam berbuat sesuatu. Dosa
menutup jiwa sehingga pandangannya menjadi gelap.
Pada sisi lain, kita juga yakin bahwa setiap diri ini tidak stiril dari perbuatan dosa. Ada saja perbuatan maksiat yang kita lakukan, sengaja atau tidak. Tetapi, sebagai orang iman kita tidak boleh pesimis dengan dosa yang kita lakukan tersebut. Sebab Allah masih membuka pintu ampunan kepada hambanya. Pintu ampunan Allah jauh lebih luas dari dosa yang dilakukan.
Dalam hadits qudsi Allah
berfiman, “Andaikan ada hamba-Ku yang
datang kepadaKu dengan membawa dosa sepenuh langit dan bumi lantas bertaubat
kepadaKu dengan ikhlas, maka akan Aku ampuni dosanya.”
Pintu ampunan akan dosa ini
yang menyebabkan kita menjadi optimis dalam hidup. Kita tidak akan terkena
beban masa lalu yang gelap sebab Allah akan mengampuni dosa tersebut dengan
syarat kita bertaubat, berjanji tidak akan mengulangi.
Dalam kenyataan, banyak
tokoh yang semula hidup di alam penuh kegelapan lantas terangkat ke permukaan
menuju jalan yang baik, dan menjadi teladan bagi masyarakat. Mereka benar-benar
telah meninggalkan masa lalunya yang gelap.
Umar bin Khottob, semula
dikenal sebagai musuh Islam nomor wahid. Bukan orang lain yang selalu menjadi
sasaran amuk Umar, termasuk anak perempuannya sendiri jadi korban kebiadabannya
sebelum memeluk Islam. Tetapi setelah ia memeluk islam, dia bertaubat kepada
Allah sehingga pada akhirnya menjadi khalifah yang disegani. Sampai-sampai Nabi
pernah mengatakan, “Seandainya setelah aku ada nabi, maka Umar orangnya.”
Konon, Umar selalu menangis
dalam setiap shalatnya. Ia menyesali semua dosanya. Shalat dijadikan ajang
mengadukan kekhilafan diri. Dan, berkat keseriusan Umar dalam bertaubat kepada
Allah, maka akhirnya banyak keistimewaan baginya. Nabi Saw pernah mengatakan,
“Saya di dunia bersama Abu Bakar dan Umar, dan di akhirat kelak juga akan
bersama Abu Bakar dan Umar.”
Ucapan Umar bin Khottob juga
banyak yang persis sama dengan redaksi firman Allah dalam al-Qur’an. Misalnya,
ketika Umar kagum akan kesempurnaan ciptaan Allah, Umar berucap, “Rabbanaa makholakta hadza batilan.” Dan
ternyata, kalimat ini persis dengan redaksi salah satu ayat suci al-Qur’an. Allah
mengabadikan ucapan Umar dalam kitab suci-Nya.
Melihat kenyataan tadi, Umar
seolah menjadi contoh bagi kita bahwa perbuatan dosa yang kita kerjakan
diampuni Allah selama kita sungguh-sungguh meminta ampun, dan mengikutinya
dengan perbuatan baik. Yakinkan, kebaikan akan bisa mengapus dosa. *
0 komentar:
Posting Komentar