Kajian demi kajian diikuti. Nara sumber beragam. Ilmu saling
melengkapi. Mudah-mudahan bermanfaat dan membekas dalam kehidupan.
Begitulah harapan kita. “Semoga nilai ramadhan membekas pada
11 bulan lainnya,” kata dr Halimi Maksum, MMRS
Ketua PMI Lumajang dalam pengantar kajian Ramadhan. Acara ini diadakan
setiap Jumat pagi.
Materinya beragam. Saya yang “didaulat” menyampaikan materi,
antara lain mengajak kepada peserta yang merupakan gabungan dengan karyawan Balai
Pengobatan Muhammadiyah, untuk menjadi orang yang pandai bersyukur.
Alasannya, nikmat Allah begitu banyak. Allah menegaskan,
Andai engkau akan menghidutung nikmat-Ku, tak mungkin bisa menghitungnya
(karena begitu banyak). Salah satu nikmat yang kita lihat sehari-hari adalah,
kita terlahir menjadi orang yang berada di antara dua kutup ekstrim dalam
kehidupan.
Misalnya, tidak menjadi orang paling gemuk di dunia, yang
dialami seorang pria Enggris dengan berat badan 413 kg. Lelaki yang belum
sempat berkeluarga ini meninggal hari Ahad (21/6) lalu. Atau menjadi orang
paling kurus di dunia, betapa tidak nyamannya hidup.
Atau menjadi orang yang wajahnya paling tampan di dunia,
seperti yang dialami seorang pemuda Mekkah. Saking tampannya dia diusir dari
negerinya karena merepotkan. Banyak wanita tergila-gila padanya sehingga
dianggap mengganggu keamanan daerah. Atau menjadi orang paling jelek di
Urganda.
Atau menjadi orang terkaya seperti Billgate yang merasa tak
nyaman, bingung ngurus kekayaan yang ibarat air tak kuasa membendung dari
royalti hasil karyanya. Dan seterusnya. Bersyukur ini merupakan buah dari
puasa.
Buah lain dari puasa adalah menjadi orang taqwa. Yang kata
nabi, taqwa itu takut kepada Allah dan takut berbuat maksiat.
Yang tidak kalah penting, buah puasa melahirkan orang
cerdas. Yaitu, cerdas emosi, cerdas sosial, cerdas spiritual, cerdas agama,
cerdas perfomence, cerdas suara, dan kecerdasan yang lain. (*)
0 komentar:
Posting Komentar