Minggu, 21 Desember 2014

Hargai para pesaing Anda, sebab merekalah pemicu semangat Anda untuk berubah
Jika ingin tahu rahasia diri Anda, dengar kata pesaing Anda. Mereka mengetahui kekurangan Anda.

Coba saja gunakan ‘jasa’ pihak ketiga menanyakan pendapat pesaing tadi agar bicara apa adanya. Dengan demikian, Anda mendapat data lengkap tentang kelemahan, kekurangan, dan kelengahan. Anda dapat mengetahui titik mana dari diri Anda yang paling lemah untuk diperbaiki.

Kalau perlu dengar apa saja yang dia katakan, resapi, dan koreksi diri. Dengan begitu ada kontrol kuat pada diri Anda. Jika pesaing sibuk mencari kekurangan Anda, jangan direspon secara negatif. Sibuklah memperbaiki diri dari setiap kekurangan. Nabi Saw mengingatkan agar kita mau belajar dari sipapun, termasuk dari syetan.

Bisa jadi, ilmu yang dia sampaikan bermanfaat. Orang bijak, selalu menganggap pesaing sebagai mitra yang baik. Tanpa disuruh mereka mendorong semangat, memberi motivasi gratis. Tetapi, banyak orang tidak bisa berbuat demikian. Pesaing dianggap lawan yang ingin menjatuhkan.

Sehingga tiap ada ‘koreksi’ berupaya membela diri. Dalam sebuah perusahaan, pesaing itu malah diciptakan agar ‘berperang’ di pasar. Dengan cara itu, diketahui mana produk yang lebih disukai publik dan layak dikembangkan. Begitu juga dalam kehidupan, pesaing hendaknya kita jadikan sebagai pendorong semangat untuk maju.

Senin, 15 Desember 2014




Dunia merindukan lahirnya inspirator kehidupan. Yaitu orang yang mampu menggugah jiwa yang tengah tidur lelap agar bangkit bergerak dan berkarya. Ucapannya mendorong orang yang lemah menjadi bergairah dan semangat melangkah maju. Nabi Muhammad Saw adalah isnpirator bagi kehidupan.

Inspirator mampu mengubah dan memoles hidup menjadi penuh makna dan kaya warna. Nabi Saw mampu membangkitkan kaum yang lemah menjadi kuat. Umat Islam meski minoritas menjadi berani melawan tirani dzalim. Oleh Nabi dunia yang gelap dibalik menjadi terang dan beradab. Dunia mengakui jasa dan peran Nabi Muhammad Saw yang tiada tandingannya dalam membangun peradaban.

Kita berupaya menjadi pribadi hebat. Yaitu pribadi yang selalu menjadi sumber inspirasi dan memberi manfaat terhadap orang lain. Orang hebat adalah orang yang selau bicara kebenaran dan berani mempertahankannya. Orang hebat adalah orang yang selalu mensyukuri nikmat Allah dalam hidupnya.

Orang hebat adalah orang yang usianya lebih lama ketimbang umurnya karena kebaikan yang ditanam di tengah kehidupan selalu menjadi contoh bagi orang lain. Dia selalu disebut namanya sepanjang masa karena jasanya yang tak pernah mati di tengah kehidupan. Dan, orang hebat selalu berpikir apa yang dapat diberikan kepada  orang lain bukan berpikir apa yang ingin diterima dari orang lain.

Nabi Muhammad mampu mendorong kita menjadi orang yang bersemangat dalam memperbaiki diri dan kehidupan. Nabi menyatakan, “Allah tidak melihat wajahmu, yang Allah lihat adalah hati dan perbuatanmu”. 

Karenanya kata kunci kehebatan seseorang ada pada hati dan perbuatannya, bukan pada ketampanan atau kecantikannya. Banyak orang dikaruniai wajah tampan atau cantik namun jiwanya ringkih sehingga mudah mengeluh. Orang seperti ini bukan termasuk orang hebat. Sehat fisik seharusnya juga disertai sehat ruhani.

Di sekitar kita banyak  orang hebat. Yaitu orang yang mampu keluar dari persoalan dirinya. Berpikirnya jauh melebihi zamannya. Lihat Bung Karno, berpikirnya out the box. Orang sezamannya menganggap pikirannya aneh, tetapi setelah dia tiada, barulah orang lain membenarkan apa yang dipikirkannya. Itulah orang hebat yang mampu menjadi inspirasi.

Ada kalanya orang hebat itu memiliki “keterbatasan fisik”. Mungkin fisiknya invalid. Namun hidupnya tangguh, semangatnya tinggi, berpikirnya jernihKarenanya, meski dia dikaruniai fisik invalid tetapi prestasinya luar biasa.

Berapa banyak orang tuna netra yang mampu menghafal al Quran, sedang yang melek tidak kuasa menghafal wahyu Allah itu. Ada hamba Tuhan yang tidak mempunyai dua tangan namun produktif menulis buku dengan kakinya. Benar kata orang bijak yang sering kita dengar yang menyatakan, “Kalau engkau jatuh 100 kali, bangkitkan 101 kali.”

Di sinilah letak keadilan Allah. Di balik kekurangan fisik hamba Allah melengkapinya dengan  kelebihan sehingga  menutup kekurangan fisiknya. Dipoles kekurangan fisik dengan kelebihan bukan dengan keluh kesah, apalagi dengan ratapan berkepanjangan. Mereka tegar dan berupaya mengubah kelemahan diri menjadi potensi besar yang pada akhirnya mampu “menakhlukkan” dunia.

*) Naskah karya penulis ini dimuat di Majalah Sakinah Januari 2015. Direktur Lembaga Training The Power Of Love
  

Sabtu, 29 November 2014



Harta yang cepat datang akan cepat pergi

Nafas, keluar masuk secara rutin. Begitu juga harta kita. Tetapi, dalam soal harta, berbeda setiap orang. Ada yang lancar mendapatkannya, ada yang seret. Tetapi ingat, harta yang mudah didapat, biasanya cepat keluaranya.

Seseorang yang dengan susah payah mendapatkan harta, dia sangat menghargai harta itu lebih dari yang semesyinya. Sehingga dia lebih hati-hati dalam membelajakannya. Sebaliknya, harta yang diperoleh tanpa kerja keras, maka harta tadi disikapi dengan enteng saja.

Karenanya, tanpa beban mengeluarkan harta tersebut. Terkadang, tanpa merasa bersalah menghabiskannya untuk hal-hal yang tidak mendesak. Dari sini sumber habisnya harta seseorang. Benar, harta yang cepat datang, akan cepat hilang (pergi).

Sebenarnya, kita mahfum bahwa hemat adalah pangkal kaya. Tetapi tidak semua orang bisa berbat seperti itu. Ini sangat tergantung sikap mentalnya, dan situasi yang melingkupinya. Seseorang yang sikap mentalnya ‘matang’ akan selalu hati-hati dalam membelanjakan hartanya dengan demikian harta yang didapat akan tahan lama.

Sementara situasi yang melingkupi juga punya peran besar terhdap munculnya sikap seseorang. Mereka yang berjuang mati-matian dengan cara memeras keringat dan membanting tulang dalam mencari harta, setelah harta didapat akan diperlakukan dengan sebaik-baiknya. Dengan demikian, hartanya tidak cepat pergi.


Jumat, 28 November 2014



Orang yang benar-benar hidup tahu untuk apa dia harus hidup

Orang yang baik, tahu untuk apa dia hidup. Salah satunya, mengemban amanah agar menjadi pemimpin di muka bumi. Alam semesta –berserta isinya—diletakkan di pundak kita agar dikelola dengan baik. Tanggung jawab kita begitu besar dan berat.

Tugas kedua, hidup ini untuk ibadah. Puncak dari ibadah yang kita lakukan adalah tunduknya hati kepada Tuhan. Orang tunduk tidak akan pikir-pikir lagi dalam melaksanakan perintah Tuhan.

Ibadah yang dilakukan sebagai buah tunduknya hati ada beberapa tanda. Pertama, ibadahnya dilakukan secara ikhlas, semata mencari ridho Tuhan, bukan menari pujian, sensasi, dan status sosial.  Kedua, ibadahnya dilakukan secara maksimal. Tidak setengah-setengah. Orang yang ibadah setengah-setengah tidak menyadari hendak ke mana pasca hidup di dunia.

Ketiga, ibadah yang kerjakan ada bekasnya dalam kehidupan sehari. Agama dipahami dari dua dimensi: ilmu dan amaliah. Keduanya tidak dipisah. Kalau hanya ilmunya yang didalami, maka agama hanya ada dalam konsep. Sebaliknya, jika agama hanya diamalkan tanpa dikuasi ilmunya, maka sama halnya berjalan di kegelapan tanpa lentera.

Dengan mengetahui tujuan hidup kita bisa menikmati hidup. Dengan mengetahui tujuan hidup, menjadi produktif. Mereka bekerja bukan hanya untuk bekerja, tetapi mencari kebahagiaan ukhromi.
 
Orang yang benar-benar kalah  itu biasanya tidak mau belajar dari kekalahannya



Kekalahan –jika didengar—dia membisikkan kalimat pendek: “ Coba lagi!”  Tentu bukan sekedar mencoba tetapi belajar lebih teliti lagi mengapa langkah sebelumnya kalah. Di mana letak kelemahan, apa yang kurang, dan bagaimana menyempurnakannya. Setelah semua pertanyaan terjawab, maka lakukan sekali lagi. Coba lagi !

Ini langkah orang kalah yang tidak mau berlama-lama dalam kekalahannya. Dia mau menerima kekalahan sebagai kata akhir. Ia menjadikan kekalahan sebagai pelajaran. Dari pengalaman pahit itu dicari apa ‘pesan’ terdalam. Dengan kejernihan hati mau mengoreksi diri sendiri lambat atau cepat akan dtemukan jawaban atas kekalahannya.

Dan itu yang ditemukan Gamal Abdul Naser ketika dia nasibnya ‘jatuh’ secara strata sosial. Maklum, dia bukan orang yang langsung duduk manis sebagai Perdana Menteri Mesir. Karirnya dirintis dari bawah. Kekalahan demi kekalahan dijalani penuh sabar sambil membenahi diri. Akhirnya karir puncak di negaranya dapat direngkuhnya.

Tetapi, dalam hidup ini banyak juga orang yang tidak mau bangkit dari kekalahan. Dia menganggap kekalahan yang dialami merupakan ‘kiamat’, tidak bisa diperbaiki. Dia menganggap semuanya sudah berakhir. Karena anggapan itu, dia tidak beranjak dari posisinya di bawah sehingga akhrinya menjadi tontotan sejarah. (*)



Minggu, 16 November 2014


Foto Mafik



Orang yang benar-benar hidup tahu untuk apa dia harus hidup (Anonim)

Orang yang baik, tahu untuk apa dia hidup. Salah satunya, mengemban amanah agar menjadi pemimpin di muka bumi. Alam semesta –berserta isinya—diletakkan di pundak kita untuk  dikelola dengan sebaik-baniknya. Tanggung jawab kita begitu besar dan berat.

Tugas kedua, hidup ini untuk ibadah. Puncak dari ibadah yang kita lakukan adalah tunduknya hati kepada Allah. Orang tunduk hati tidak akan pikir-pikir lagi dalam melaksanakan perintah-Nya.

Ibadah yang dilakukan sebagai buah tunduknya hati ada beberapa tanda. Pertama, dilakukan secara ikhlas, semata mencari ridho Tuhan, bukan menari pujian, sensasi, dan status sosial.  Kedua, ibadahnya dilakukan secara maksimal. Tidak setengah-setengah. Orang yang ibadah setengah-setengah tidak menyadari hendak ke mana pasca hidup di dunia.

Ketiga, ibadah yang kerjakan ada bekasnya dalam kehidupan sehari-hari. Agama dipahami dari dua dimensi: ilmu dan amaliah. Keduanya tidak dipisah. Kalau hanya ilmunya yang didalami,  agama hanya ada dalam konsep. Sebaliknya, jika agama hanya diamalkan tanpa dikuasi ilmunya, maka sama halnya berjalan di kegelapan tanpa lentera.


Dengan mengetahui tujuan hidup, kita bisa menikmati hidup. Dengan mengetahui tujuan hidup, kita menjadi produktif dlam beragama. Yaitu melaksanakan perintah agama dengan maksimal dan membuktikan ajaran agama ke dalam kehidupan. Bekerja bukan hanya untuk bekerja, tetapi di balik bekerja ada tujuan mulia yaitu mencari kebahagiaan ukhromi

Sabtu, 15 November 2014


Shalat merupakan inti dari isro’ dan mi’roj. Bagi yang mengerjakannya, shalat merupakan kebutuhan bukan beban.

Dr Quraiys Shihab menjelaskan, shalat dibutuhkan pikiran dan akal manusia, karena merupakan pengenjawantahan dari hubungannya dengan Allah. Dalam shalat terjadi dialog mesra, antara lain, “Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in” (Hanya kepadaMu kami menyembah dan hanya kepadaMu kami meminta pertolongan). Percakapan intim hamba dengan Allah.

Shalat merupakan pemenuhan kebutuhan jiwa. Semua orang  mengalami bingung. Dalam suasana seperti itu, sampaikan segala perasaan kepada Allah. “Ihdinashshiratal mustaqim” (Tunjukkan kami ke jalan yang lurus), sebuah harapan hamba kepada Allah.

Shalat juga dibutuhkan oleh masyarakat, tulis Dr Quraish Shihab. Sebab, shalat dalam pengertian yang luas merupakan dasar-dasar pembangunan. Orang Romawi Kuno mencapai puncak keahlian dalam bidang arsitektur, yang hingga kini tetap mengagumkan para ahli, juga karena adanya dorongan tersebut.

Alexis Carrel menyatakan, ”Apabila pengabdian, sembahyang dan do’a yang tulus kepada Sang Maha Pencipta disingkirkan dari tengah kehidupan bermasyarakat, maka itu berarti kita telah menandatangani kontrak bagi kehancuran masyarakat.

Sebuah penegasan dari seorang sarjana yang tidak  berlatar belakang pendidikan agama, namun muatannya sarat nilai agama Alexis Carrel yang dua kali mendapat hadiah Nobel mengakui kehebatan pengabdian, do’a dan shalat bagi pembentukan masyarakat. Bisa disejajarkan dengan istilah lain  buah dari pengabdian, do’a dan shalat dapat melahirkan manusia yang khusyu’ sosial.

Selingkuh Spiritual
Salah satu ‘buah’ shalat adalah lahirnya manusia yang khusyu’ sosial. Artinya, dia bukan hanya fasih dalam melafalkan bacaan shalat, tetapi juga bisa mewujudkan dalam kehidupan bermasyarakat. Bacaan shalat dijadikan motivator melakukan kebaikan di luar shalat.

Indikasinya, orang yang shalatnya khusu’ maka dalam bermasyarakat sikapnya jujur, adil, amanah, memiliki etos kerja tinggi kuat iman. Ia selalu berupaya menjaga hubungan dengan Allah agar selalu mesra sebagai wujud iman dan shalatnya. Dalam setiap aktivitas hidupnya ada satunya kata dengan perbuatan.

Orang yang shalatnya bagus memantulkan jiwa suci dan berprilaku terpuji. Tidak perduli dia hidup di desa, tidak berpendidikan, dan mungkin dari materi sangat kekurangan namun tetap qonaah (mau menerima apa adanya). Tidak melacurkan diri dalam kebohongan publik. Intinya orang yang shalatnya baik, akan terhindar dari perbutan keji dan munkar.

Itulah yang menyebabkan Umar ibnu Khottob terperangah ketika mendengar jawaban pemuda desa yang yang sehari-hari sebagai pengembala ternak ketika ketika dibujuk Umar agar mau menjual seekor kambing milik majikannya ia menolak. “Majikanmu tidak mungkin tahu, kalau ditanya katakan kambing itu diterkam serigala,” ucap Umar menguji.

“Majikan meang tidak tahu kemana kambing hilang, tetapi di mana Allah?.”  Menurut pemuda tadi, Allah mengetahui apa saja yang dilakukan hamba-Nya. Allah maha tahu apa yang dilakukan hamba-Nya dilakukan sembunyi-seumbunyi apalagi terang-terangan. Allah mencatat setiap gerak-gerik hati hamba-Nya.

Orang yang mempermainkan Allah dengan perilaku tidak terpuji secara sosial dan perilaku dan serong secara vertikal, maka hal itu berarti telah melakukan selingkuh spiritual.

Ia mempermainkan cintanya kepada Allah dengan melakukan ‘selingkuh’ cinta pada yang lain. Kecintaan jiwanya yang bercabang acap kali membuat cinta kepada Allah tertutupi bahkan terkalahkan cinta pada yang lain misalnya: harta, jabatan, anak, dsb. Cinta yang melenceng menyebabkan memintanya bukan kepada Allah tetapi kepada yang lain seperti kepada benda benda yang dianggap keramat seperti kuburan, gunung, pohon besar, dan sebagainya.

Dan selingkuh seperti ini bisa memancing kemarahan Allah. Setidaknya, hamba yang berperilaku seperti itu terkena stempel sebagai orang syirik atau menyekutukan Allah. Dan, dosanya tidak bisa diampuni karena termasuk dosa besar. Untuk mencegah semua itu kuncinya satu: memperbaiki shalat.

Agar semangat melaksanakan shalat tidak kendor, maka perlu terus ditelisik apa sebenarnya rahasia di balik pembagian lima waktu, apa saja keistimewaannya, dsb. Agaknya apa yang disampaikan Nabi Saw kepada orang Yahudi itu sangat bermanfaat. Pertanyaannya, kapan shalat kita bisa benar dalam arti bisa menumbuhkan rasa cinta mendalam kepada Allah dan shalat yang bisa mencegah perbuatan keji dan munkar. *



Selasa, 11 November 2014



Ada pernyataan menarik dari Ali bin Abi Tholib ra. Menurut Si “Gudang ilmu” ini ada bedanya antara ilmu dengan harta. Harta, jika diberikan kepada orang lain, semakin berkurang lalu habis. Sedang ilmu jika diberikan orang lain, semakin bertambah,

Ilmu tidak seperti uang, cepat pindah tangan. Ilmu, tidak seperti uang, nilainya naik turun. Ilmu beda dengan pangkat dibatasi masa jabatan.  Ilmu selalu terjaga sehingga orang yang kaya ilmu akan tinggi derajatnya baik di hadapan sesama manusia maupun di hahadapan Tuhan.

Allah mengangkat orang beriman dan berilmu "satu derajat.” Semakin dalam ilmu seseorang semakin tinggi derajat orang itu. Perlakuan seperti itu belum tentu ditujukan pada pemilik harta. Ada perlakuan terhadap orang kaya ilmu dengan kaya harta. Jika kaya ilmu, orang semakin hormat. Terhadap orang kaya harta, banyak yang bertanya, “Dari mana hartanya didapat.”

Maka orang alim –kaya ilmu-- seperti guru, kyai, tengku, tuan guru, dsb berkesan di mata santri dan muridnya. Orang berilmu mengukir hati mereka. Transfer ilmu yang dilakukan tanpa kenal lelah memantulkan pengakuan sekaligus kekaguman. Dari sana ilmu menjaga pemiliknya. 

Sementara terhadap harta, pemiliknya sibuk menjaganya. Beruntung orang yang rajin memberikan ilmu kepada orang lain. Mereka ‘kaya jiwa’. Dan setiap bangsa begitu menaruh hormat kepada para guru kehidupan ini.


Manisnya Madu 

Sering kali teori tidak sejalan dengan praktek. Dalam banyak hal, teori tidak dijumpai dalam alam realita. Maka, jangan selalu mengandalkan teori. Orang yang terlalu bergentung pada teori, menjadikan dia mengedepankan “katanya” bukan pengalaman yang “sebenarnya.”  

Pengalaman adalah guru yang paling baik. Dengan pengalaman, seseorang tidak terperosok dalam lubang yang sama dua kali. Ketika berjalan, dia tidak mendongak ke atas agar kakinya tidak terperosok kedalam jebakan kehidupan yang mematikan.

Coba dulu sebelum membeli. Prinsip ini ada baiknya juga. Mengetahui apa dan bagaimana yang sebenarnya menyebabkan seseorang lebih hati-hati dalam menentukan pilihan dan sikpa hidup. Begitu pilihan jatuh pada yang terbaik, dia tanpa ragu melaksanakannya. Pengalaman seperti ini “guru” yang baik.

Oliver Goldmith mengingatkan, kemenangan terbesar bukan karena kita tidak pernah jatuh namun karena bangkit setiap kali kita jatuh. Dengan pengalaman itu, maka lezatnya kehidupan bisa dinikmati. Pahit getirnya hidup merupakan ‘bumbu‘ penyedap bagi seseorang.


Itu yang mendorong Thomas Edison terus mencoba setelah kegagalan demi kegagalan dialaminya. “Kegagalan hanya menekan saya maju dengan pemecahan lebih banyak.” Bill Clinton mengatakan, “Tidak ada jaminan kesuksesan, namun bagi yang tidak mencobanya adalah jaminan kegagalan.” ***

Senin, 10 November 2014


Keunggulan seringkali tidak diberikan atas dasar syarat-syarat yang mudah

Si Ali dan Ahmad, lahir di desa yang sama dan dari keluarga tidak mampu. Karena lahir pada tahun yang sama, sekolahnya pun selalu satu kelas. Tetapi, setelah menjadi orang, berbeda. Ali cukup sukses, sedang Ahmad menjadi beban masyarakat.

Terhadap keduanya, orang mengatakan, Ali dan Ahmad punya nasab (asal keturuan, Red) yang sama, Yaitu, dari keluarga kurang mampu. Tetapi, keduanya punya nasib yang beda. Yang satu kaya, sementara yang lain papa. Mengapa hal itu terjadi?

Orang berspekulasi, Ali dikenal rajin bekerja. Sedang Ahmad selalu bermalas-malasan. Agaknya,  prestasi, hasil, dan keunggulan selalu berpihak pada orang yang mau bekerja keras. Lika-liku keunggulan melalui proses dan perjalanan panjang dan melelahkan.

Jangan bermimpi mendapat keunggulan dalam hidup ini jika tanpa ihtiar dan kerja keras.  Jangan pernah berobsesi menjadi orang kaya, kalau telapak tangannya tidak pernah kotor karena kena ‘debu’.


Ada baiknya kita renungkan ucapan Liv Ullman. Kata dia, “Hal paling baik yang datang bersama sukses ialah pengetahuan bahwa kesuksesan itu tidak perlu ditunggu.” Kita harus proaktif menjemput sukses hidup.

Proaktif dengan ihtiar, dan kerja keras. Orang yang pekerjaannya menunggu datangnya sukses tanpa ihtiar, sama halnya dengan orang ingin perutnya kenyang tetapi tidak mau mengunyah nasi dalam mulutnya. ***

Minggu, 09 November 2014





Tidak pernah orang berhasil memanjat tebing dengan kedua tangan di dalam saku

Ada yang luar biasa dalam proses pemberangkatan Apollo 11 pada 1967. Yaitu, melibatkan 30.000 pekerja NASA dari 40.000 pekerja. Ada 200 sekolah tinggi, 16 perusahaan industri utama dan 20.000 subkontraktor. Misi apollo harus sukses. Ternyata belum berhasil, 3 astronotnya tewas terkena sengat api Apollo. Baru 2 tahun kemudian, pada 20 Juli 1969, Neil Alden Amstrong berhasil nginjakkan kaki di bulan.

Apa rahasia dibalik sukses tadi? Kerja keras. Pekerjaan berat tidak mungkin ditempuh dengan santai, apalagi tanpa konsep. Melewati jalan terjal dan  mendaki diperlukan keringat, terkadang nyawa.

Begitu juga jika hendak naik “tebing kehidupan” diperlukan stamina tinggi, persiapan matang, dan upaya maksimal. Mustahil memanjat tebing bisa dilakukan dengan hanya kedua tangan di dalam saku.

Sir Edmund Hillary orang pertama menakhlukkan Mount Evesert. Ketika ditanya apa rahasia di balik suksesnya? Ia mengatakan, “Bukan gunungnya yang kita takhlukkan melainkan diri sendiri.” Artinya, sebelum menakhlukkan gunung, atau pekerjaan lain kita taklukkan dulu diri ini.

Diri ini sering dililiti rasa malas, ingin cepat menikmati hasil, dan enggan menghadapi resiko. Dalam praktek lihat orang suka main potong kompas. Yang diagagungkan prinsip ilmu ekonomi, “Sedikit modal meraih untung sebanyak-banyaknya.” Mereka lupa, “ Hidup ini adalah kerja keras.”

Mamanfaatkan Kesempatan

Tidak semua orang mendapat kesempatan. Dan, tidak semua orang yang mendapat kesempatan dapat memanfaatkannya. Sebaik-baik orang adalah yang mendapat kesempatan serta mau memanfaatkannya dengan baik.

Maka, begitu ada peluang, tidak perlu pikir panjang. Segera ambil dan manfaatkan. Inilah yang dilakukan sejumlah generasi muda ketika penjajah di Indonesia mengalami vakum. Para pemuda mendesak Bung Hatta dan Bung Karno segera memanfaatkan kesempatan itu untuk melepaskan diri dari tangan penjajah Jepang yang dyua kota Hirosima dan Nagasaki terkeno ledakan bom, Pemuda meminta kedua tokoh segera merebut peluang itu.

Dan, kesempatan tersebut akhirnya dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Hanya dalam hitungan menit saja, bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaannya kepada dunia. Peristiwa pembacaan teks proklamasi di Jln Pegangsaan Timur Jakarta, akhirnya mengundang dukungan dunia internaional.

Sayangnya, dalam praktek tidak setiap kesempatan dimanfaatkan secara tepat dan baik. Sehingga banyak orang yang digilas oleh peluang itu karena tidak mau memanfaatkannya. Sebaliknya, ada orang yang “mencuri” kesempatan untuk tujuan yang salah. Bobolnya BRI, BNI, dan instansi lain sehingga negara mengalami kerugian puluhan triliun rupiah telah ‘menyeret’ para elit di negeri ini menjadi tertawaan sejarah. ***


Jumat, 07 November 2014



Kalimat Indah sebagai Pencerahan

“Seorang konsultan psikologi paling jenius di dunia tidak lebih mengerti tentang pikiran dan keinginan kita lebih daripada kita sendiri. Kesulitan melihat kelemahan orang lain adalah salah satu ciri berpikir positif.” 

Tentang Ilmu:
1.     Ilmu itu bagai bunga, temukan “keharumannya” dan sebarkan kepada semua orang (7 Hal penting dari Hatim Al-Ashom, santri Syekh Saqiq Al-Bahiqi).  Ilmu itu cahaya yang menerangi tanpa membakar yang memilikinya.
2.       Ilmu yang tidak diamalkan bagaikan pohon tidak berbuah. Janganlah enggan memberikan ilmu, karena ilmu tidak seperti uang (catatan Ali bin Abi Tholib).

Performance:
1.       Orang yang mengabaikan orang lain, lambat laun mengabaikan martabatnya sendiri.
2.      Jangan memperhatikan siapa yang berkata tetapi perhatikan perkataannya.
3.      Anda tidak akan menjadi miskin karena selalu memberikan “keceriaan” kepada orang lain. Dan tidak ada orang paling miskin di dunia sampai tidak mampu “memberi senyum” kepada orang lain.

4.      Yang penting dalam kehidupan bukanlah “kemenangan” namun “bertanding secara baik”. Dua hal yang sulit dalam hidup ini, mencetak nama baik dan mempertahankannya.
5.      Ada dua macam orang yang membosankan di dunia, yaitu orang yang berbicara terlalu banyak dan orang yang mendengarkan terlalu sedikit.  
6.        Jika Anda tidak memulai hari ini dengan semangat, belum terlambat untuk mencobanya esok. Ingatlah hal-hal besar dimulai dari hal-hal kecil.

7.      Anda akan lebih dekat kepada seseorang dengan cara menaruh perhatian yang sesungguhnya terhadap apa yang dia kerjakan.
8.      Anda hidup sekali di dunia, tetapi jika benar sekali saja sudah cukup.
9.      Barang siapa yang tertawa paling akhir, itulah tertawa yang paling baik. Tidak pernah orang berhasil memanjat tebing dengan kedua tangan di dalam saku. Orang yang mendapatkan kesempatan baik belum tentu seberuntung orang yang mampu mamanfaatkan kesempatan. Permasalahannya bukan soal dimana kita berdiri dalam kehidupan tetapi kearah mana kita bergerak.

10.    Hari ini Anda adalah orang yang sama dengan Anda di lima tahun mendatang, kecuali dua hal: Orang-orang di sekeliling Anda dan buku-buku yang Anda baca.  Tak ada orang yang terlalu miskin sehingga tidak bisa memberikan pujian.
11.      Kesalahan pembicaraan sepatah bisa membawa akibat seumur hidup. Tidak ada sesuatu baik dan buruk, tetapi pikiranlah yang membuatnya begitu.

Pemimpin:
1.      Tidaklah seseorang dikatakan mampu memimpin orang lain sebelum dia mampu memimpin diri sendiri. Untuk mencapai kesempurnaan modalnya adalah tekun dan berlatih secara terus menerus.

2.     Apabila mau tahu kebaikan seseorang, tanyakan pada teman dekatnya. Kalau mau tahu keburukannya tanyakan pada musuhnya.
3.     Jika kita sibuk menghambat karir orang lain, kita tidak mempunyai kesempatan untuk maju. Orang positif tidak akan mencari-cari kesalahan orang lain, tetapi melihat kesalahan orang lain sebagai pelajaran.

4.     Kesalahan terbesar yang kita perbuat adalah terus menerus takut membuat kesalahan. Orang yang tida pernah salah berarti dia tidak berbuat sesuatu.
5.     Atasan yang baik berasal dari bawahan yang baik pula. Pemimpin bijak tidak menunjukkan kelebihannya kepada bawahannya, tetapi membantu mereka mengetahui potensi anak buahnya.

6.     Kebiasaan jelek banyak orang adalah kecenderungannya mencari-cari kesalahan orang lain seolah-olah mereka akan mendapat imbalan.
7.     Jangan bekerja lebih keras, bekerjalah lebih cerdas. Semakin banyak Anda punya masalah, mengisyaratkan Anda sedikit menyelesaikannya.   Tidak pernah orang yang menabur ejekan lalu menuai pujian.   Orang yang paling sering dikeluhkan adalah orang yang sering mengeluh.

8.     Pekerjaan yang sulit dilakukan banyak orang adalah memulai. Orang yang benar-benar kalah tidak mau belajar dari kekalahannya.   Orang yang merasakan kebahagiaan sejati adalah mereka yang merasakan bahagia melihat orang lain bahagia.
9.     Tidak ada orang yang menghargai keberhasilan sebelum dia merasakan kegagalan. Hidup ini ibarat bermain catur, orang yang memiliki strategi yang lebih baik yang akan menang.

10.   Kesulitan-kesulitan dapat menjadi batu loncatan atau batu penghalang, tergantung bagaimana kita memandangnya. Dunia adalah sebuah ruang kelas, dan kehidupan adalah guru yang mengesankan bagi mereka yang bersiap-siap untuk belajar.  Tidak ada yang tahu manisnya madu sebelum mereka mencicipinya.

11.    Keunggulan seringkali tidak diberikan atas dasar syarat-syarat yang mudah. Kalau kita mencintai pekerjaan kita, pekerjaan itu menjadikan kehidupan kita. Hargai para pesaing Anda, sebab merekalah pemicu semangat Anda untuk berubah. (dikumpulkan oleh Suharyo AP)

Dalam kelas dunia, ‘siswa’ manusia belajar banyak tentang ‘rahasia’ hidup ini. Perdana Menteri Zamire, pernah mengumpulkan intelektual di negerinya. Kepada mereka diminta untuk merumuskan arti hidup ini. Dia ingin belajar.

Tiga tahun kemudian, datanglah inteletual tadi dengan membawa buku yang diangkut tiga ekor keledai. “Ini tuan, buku yang beriisi rumusan arti hidup.”  PM Zamire geleng kepala. “Jika buku sebanyak ini, saya tidak sanggup membacanya. Tolong diringkas saja.”

Satu tahun berikutnya intelektual tadi datang, membawa buku diangkut seekor keledai. “Saya masih belum sanggup membaca, terlalu tebal,” kata PM Zamire. “Tolong diringkaskan lagi,” pintanya. 

Selang beberapa waktu, inteletual tadi datang dengan tangan kosong. Semetara Si Tuan-nya sedang berbaring di atas ranjang, sakit. Tuan, saya sudah meringkas makna hidup, katanya. Apa? Tanya PM Zamire. “Hidup itu hanya terdiri tiga kata: lahir, susah payah, mati.


Itulah yang kita pelajari di ruang kelas dunia ini. Yaitu, dilahirkan. Lalu susah payah mengerjakan “PR” kehidupan yang tidak pernah berakhir, lalu mati. Itulah pelajarannya.  Bagi setiap ‘siswa’ hanya ada dua kemungkinan: naik kelas ke sorga, atau tinggal kelas di neraka. Naik tidaknya seorang pelajar tergantung belajarnya di dunia. Kalau malas apalagi sering melanggar tata tertib, pasti  dicampakkan pada hukuman yang menyakitkan.  (*) 

Kamis, 06 November 2014


Apabila mau tahu kebaikan seseorang, tanyakanlah pada teman dekatnya.

Ingat tertangkapnya Presiden Iraq, Saddam Husein? Kuncinya ada pada orang paling dekat dengannya. Yaitu isteri kedua Saddam,  Sumira. Sang isteri membuka semua rahasia di mana Saddam berada kepada tentara AS dengan janji mendapat imbalan. Dari informasi itulah penguasa Iraq ditangkap di sebuah lubang kecil dekat kandang ternak di Tikrit, daerah kelahirannya.

Apa arti semua ini? Orang dekat adalah "tape hidup". Ia merekam segala sesuatu. Jika disetel bisa mendatangkan kebaikan atau malapetaka. Saddam adalah contoh seseorang harus menerima sanksi hukum internasional akibat ulah orang paling dekat dengan dirinya.

Di sini letak kebenaran ucapan Umar Ibnul Khottob. “Jika engkau ingin mengetahui kekurangan seseorang, tanyakan pada musuhnya.” Di ‘saku’ musuh kekurangan seseorang tersimpan.  Sebaliknya, dari teman dekat ada kebaikan seseorang.

Banyak orang ternama di negeri ini mengawali karirnya dengan cara menjadi teman dekat tokoh besar. Sebut misalnya Bung Karno, menjadi ‘teman dekat’ HOS Cokroaminoto. Ia banyak membaca pikiran, kiprah, dan sepak terjang ‘gurunya’. Bung Karno pun jadi orang besar.


Hal serupa dilakukan Hamka. Ia menjadi ‘teman dekat’ Mas Mansur, ulama besar. Hamka akhirnya menjadi ulama disegani.  Teman dekat adalah rekaman kebaikan seseorang. Dari mereka diketahui kebaikan seseorang. (*)

Rabu, 05 November 2014



Apa motivasi ibadah kita? Hati-hati, salah menata niat bisa salah arah. Ibadah yang benar adalah ibadah yang didorong oleh ketulusan hati karena merasa butuh karena “desakan” jiwa yang selalu rindu akan Allah.

Rabiah Al-Adawiah, seorang yang dikenal sangat alim  membagi motivasi ibadah seseorang itu ada tiga macam.

Pertama, ibadah karena takut akan siksa neraka. Dalam beribadah selalu dikaitkan dengan adanya siksa Allah sehingga di hatinya ada rasa takut, kalau tidak beribadah kelak dimasukkan neraka.

Jadi, dalam hati kecil orang seperti ini ada rasa takut akan siksa Allah dan perasaan itulah yang mendorong dia giat beribadah. Motivasi seperti ini baik, tetapi hal ini merupakan tingkatan motivasi ini yang paling rendah. Alias masih awam.

Kedua, beribadah karena ingin masuk sorga. Orang seperti ini, dalam beribadah selalu membayangkan sorga sehingga bersemangat. Motivasi seperti ini juga bagus. Tetapi jika terus menerus hanya ingin mendapatkan surga, maka tidak ubahnya seperti pedagang yang selalu menghitung untung-rugi.

Yang perlu dikejar adalah motivasi yang tertinggi ini. Yaitu, beribadah karena rindu kepada Allah. Inilah motivasi yang paling hebat dan sempurna. Tidak peduli dirinya masuk neraka atau sorga sepanjang dicintai Allah itu merupakan kebahagiaan yang tiada tara.

Yang terpenting, dengan beribadah gelora rindu betemu Allah tersalur. Ia merasakan mencapai kepuasan ruhani yang amat dalam. Inilah maqom yang sangat tinggi. Sekali lagi, dalam pandangan orang yang maqom seperti ini tidak melihat apakah dimasukkan neraka atau sorga, jika hal itu dikehandari Zat Yang Maha dicintai dirinya rela. Yang penting semuanya atas kehendak kekasih yang selalu dirindu: Allah.

Logikanya, kalau dia ditempatkan di neraka sanggup apalagi di sorga. Tentu saja sangat bersyukur karena sorga merupakan tempat orang-orang terpilih, terkasih, dan di situ tempat layak bagi hamba yang selalu mementingkan ibadah. Orang yang motivasi ibadahnya karena rindu Allah, maka merasakan kelezatan ruhani. Ia menyatu dengan Allah.

Pertanyaannya, kita masuk kelompok mana dari ketika hal tadi? Yang tahu jawabannya kita sendiri. Kalau motivasi ibadah masuk kelompok pertama, hendaknya ditingkatkan menjadi kelompok kedua. Kalau motivasi ibadahnya ingin sorga, ditingkatkan lagi karena dorongan rindu kepada Allah.

Motivasi yang ketiga ini dicapai oleh orang-orang yang imannya telah mencapai maqom qonitin (tanpa reserve). Hatinya paham bahwa kerinduan kepada Allah yang selalu bergelora dapat mengantarkan dirinya menuju tempat mulia di sisi-Nya. *






Apa yang terlintas di hati pembaca, ketika mendengar berita berikut ini. Ada balita di Florida, Amerika Serikat, secara ajaib ditemukan hidup dalam pelukan ibunya. Mereka terlempar 60 meter dari rumahnya yang hancur karena diterjang Tornado. Anaknya, bernama Annemarie segar bugar sementara ibunya, Heather Town, 32 tahun, meninggal.

Keduanya terlempar ke semak-semak di daerah berhutan setelah tornado menghantam rumah dan mobilnya yang membuatnya hancur tak berbentuk. Tetangganya menemukan Town setelah mendengar Annemarie, anaknya yang berusia tiga tahun, menangis.

Hebatnya, Ketika warga menemukannya, korban benar-benar memeluk anak gadis kecilnya. "Mereka mengambil anak kecil darinya karena sang anak mengalami kesulitan bernafas akibat dekapan ibunya yang terlalu keras."

Heather Town, ibu dari tiga anak ini, dinyatakan meninggal di lokasi kejadian. Ayahnya, Elmer Town, mengatakan sang cucu, Annemarie, dalam kondisi stabil walau mengalami tulang rusuk dan tulang panggulnya patah.

Dia mengatakan tindakan terakhir putrinya menunjukkan betapa ibu ini benar-benar mencintai anaknya. "Kami tahu dia memegangi anaknya dan menyelamatkan hidupnya," kata Elmer Town. Crystal Town mengatakan adiknya adalah seorang wanita pemberani. "Dia mencintai anak-anaknya lebih dari segalanya," katanya.

Peristiwa heboh lain, dialami Holly Stuckey. Gadis berumur 12 tahun warga Inggris. Ia sempat mengucapkan kalimat, “Aku tak ingin mati.”  Ternyata ucapan itu merupakan kalimat terakhir sebab setelah itu dia tutup mata selamanyaa. Walau tak sanggup berpisah dengan orang tuanya, dia dengan tenang meninggalkan ayahnya yang terus memeluknya. Ayahnya, Clive menjelaskan, anaknya meninggal karena serangan anaphylactic sebagai reaksi alergi akut dari pengaruh makanan.

Dari dua kejadian ini, kita bisa mencatat, masih ada orang yang luar biasa hatinya. Dia punya hati yang tulus dalam mencintai anaknya. Memeluk anaknya sampai nafas terakhir. Sementara di tempat lain, ada jutaan balita yang merindukan pelukan penuh kasih sayang dari orang tuanya. Tetapi keinginan itu hanya ada dalam bayangan. Orang tuanya tidak sempat memberi pelukan karena tidak ada waktu, sibuk ini dan itu, bekerja di luar kota, dsb.

Kita sedih dan trenyuh mendengar penuturan pengasuh Yayasan Sayap Ibu di Jakarta, bapak Sunaryo yang selalu mendapat “titipan” orok baru dilahirkan dimasukkan kardus lalu diletakkan di depan pintu rumahnya. Orang tua orok itu sampai hati “menitipkan” anaknya tanpa menampakkan batang hidungnya. “Bayi yang baru dilahirkan ditinggal begitu saja di depan pintu rumah,” ujarnya. Sekarang ada 24 anak yang dirawat dengan kondisi mental yang beragam.

***

Ini terjadi di Indonesia. Peristiwa luar biasa. Kebakaran hebat yang melanda perkampungan padat rumah penduduk di kota “X” di negeri ini menyisakan rasa pilu mendalam. Selain jumlah kerugian materi yang begitu besar, di balik amuk si jago merah itu, ada peristiwa yang menyayat hati. Begitulah pembicaraan publik pasca kebakaran.

Dua insan –ibu dan anaknya—hangus terbakar bersama rumahnya. Diperkirakan, mereka terjebak kobaran api sehingga tidak bisa keluar. Kedua tubuh diketemukan dalam keadaan gosong. Mungkin, sang ibu panik dan tak sampai hati melihat anaknya terkena kobaran api sehingga memeluknya walau akhirnya keduanya harus menjadi korban.

Benar kalimat yang mengatakan, “Kasih sayang ibu sepanjang jalan.” Ibu ini telah membuktikan perasaan kasih dan sayang kepada anaknya, walau dirinya harus menjadi korban. Bisa dibayangkan, bagaimana paniknya perasaan sang anak yang dikepung api, tetapi berkat pelukan ibunya, setidaknya ada rasa damai dalam panik. (*)


Unordered List

Sample Text

Diberdayakan oleh Blogger.

Lembaga Pelatihan "The Power Of Love"

Popular Posts

Recent Posts

Text Widget