Orang
yang benar-benar kalah itu biasanya tidak mau belajar dari kekalahannya
Kekalahan –jika didengar—dia
membisikkan kalimat pendek: “ Coba lagi!”
Tentu bukan sekedar mencoba tetapi belajar lebih teliti lagi mengapa
langkah sebelumnya kalah. Di mana letak kelemahan, apa yang kurang, dan
bagaimana menyempurnakannya. Setelah semua pertanyaan terjawab, maka lakukan
sekali lagi. Coba lagi !
Ini langkah orang kalah
yang tidak mau berlama-lama dalam kekalahannya. Dia mau menerima kekalahan
sebagai kata akhir. Ia menjadikan kekalahan sebagai pelajaran. Dari pengalaman
pahit itu dicari apa ‘pesan’ terdalam. Dengan kejernihan hati mau mengoreksi
diri sendiri lambat atau cepat akan dtemukan jawaban atas kekalahannya.
Dan itu yang ditemukan
Gamal Abdul Naser ketika dia nasibnya ‘jatuh’ secara strata sosial. Maklum, dia
bukan orang yang langsung duduk manis sebagai Perdana Menteri Mesir. Karirnya
dirintis dari bawah. Kekalahan demi kekalahan dijalani penuh sabar sambil
membenahi diri. Akhirnya karir puncak di negaranya dapat direngkuhnya.
Tetapi, dalam hidup ini
banyak juga orang yang tidak mau bangkit dari kekalahan. Dia menganggap
kekalahan yang dialami merupakan ‘kiamat’, tidak bisa diperbaiki. Dia
menganggap semuanya sudah berakhir. Karena anggapan itu, dia tidak beranjak
dari posisinya di bawah sehingga akhrinya menjadi tontotan sejarah. (*)
0 komentar:
Posting Komentar