Keunggulan seringkali tidak diberikan atas dasar
syarat-syarat yang mudah
Si
Ali dan Ahmad, lahir di desa yang sama dan dari keluarga tidak mampu. Karena
lahir pada tahun yang sama, sekolahnya pun selalu satu kelas. Tetapi, setelah
menjadi orang, berbeda. Ali cukup sukses, sedang Ahmad menjadi beban
masyarakat.
Terhadap
keduanya, orang mengatakan, Ali dan Ahmad punya nasab (asal keturuan, Red) yang
sama, Yaitu, dari keluarga kurang mampu. Tetapi, keduanya punya nasib yang
beda. Yang satu kaya, sementara yang lain papa. Mengapa hal itu terjadi?
Orang
berspekulasi, Ali dikenal rajin bekerja. Sedang Ahmad selalu bermalas-malasan.
Agaknya, prestasi, hasil, dan keunggulan
selalu berpihak pada orang yang mau bekerja keras. Lika-liku keunggulan melalui
proses dan perjalanan panjang dan melelahkan.
Jangan
bermimpi mendapat keunggulan dalam hidup ini jika tanpa ihtiar dan kerja
keras. Jangan pernah berobsesi menjadi
orang kaya, kalau telapak tangannya tidak pernah kotor karena kena ‘debu’.
Ada
baiknya kita renungkan ucapan Liv Ullman. Kata dia, “Hal paling baik yang
datang bersama sukses ialah pengetahuan bahwa kesuksesan itu tidak perlu
ditunggu.” Kita harus proaktif menjemput sukses hidup.
Proaktif dengan ihtiar,
dan kerja keras. Orang yang pekerjaannya menunggu datangnya sukses tanpa ihtiar,
sama halnya dengan orang ingin perutnya kenyang tetapi tidak mau mengunyah nasi
dalam mulutnya. ***
0 komentar:
Posting Komentar